Pawai Paskah Jemaat GMIM GETSEMANI TEEP
Pawai paskah Gmim Getsemani Teep | |||
Pawai Paskah kolom 9 2012 |
hukum tua |
Perawatr Dan Dokter |
tukang mabo |
Tukang Ojek |
Paskah dan Lingkungan Hidup
Oleh: Aderesi Lukow
Lingkungan hidup dan permasalahannya sudah menjadi
pusat perhatian dan keprihatinan dunia, termasuk di Indonesia. Akar dari
krisis lingkungn hidup -- termasuk masalah pemanasan global -- dewasa
kini, terletak pada kekeliruan perspektif manusia modern mengenai alam.
Pemanasan global adalah buah dari tindakan manusia akibat keserakahan
dan ketakbertanggungjawabannya terhadap alam. Berbagai bencana alam yang
terjadi beberapa tahun belakangan ini, seperti gempa bumi, tsunami,
banjir, tanah longsong, angin topan, dsb, membuat masyarakat memberikan
perhatian kepada lingkungan hidup.
Dalam kondisi dunia dan lingkungan hidup dengan
berbagai permasalahannya, orang Kristen atau gereja hadir dan
menjalankan tugas panggilannya. Apa dan bagaimana seharusnya gereja
memandang dan menyikapi alam atau lingkungan hidupnya? Dalam menjalankan
tugas penguasaan alam yang bertanggungjawab, manusia dituntut untuk
menjaga dan memelihara alam agar terjamin kelestariannya dan sekaligus
menjadi sumber nafkah yang tak akan habis.
Di dalam tugas pemeliharaan ini, Allah mempercayakan
pula kepada manusia. Manusia diciptakan sebagai bagian dari seluruh
ciptaan diberi tugas untuk menguasai bumi. Sehingga sudah sepatutnya
manusia secara proaktif memelihara lingkungan. Dasar pemahaman
Alkitabiah mengenai alam semesta adalah cerita penciptaan yang tertulis
dalam kitab Kejadian (pasal 1 dan 2). Keberadaan manusia di
tengah-tengah ciptaan lain memiliki peran dan tugas khusus. Kita harus
tetap bekerja untuk menghadirkan kebaikan bersama bagi kita.
Alam semesta yang diciptakan Tuhan terdiri dari
berbagai unsur, seperti bumi atau tanah, air, udara/angin, tumbuhan,
hewan dan manusia. Alam semesta diciptakan Allah untuk tujuan yang
luhur, yaitu untuk dimanfaatkan oleh manusia. Dalam pencemaran
lingkungan, faktor penghambatnya adalah egoisme manusia yang mengabaikan
kepentingan sesama makhluk, baik yang hidup saat ini maupun generasi
mendatang. Pencemaran berarti proses mengotori lingkungan yang dilakukan
oleh manusia. Hal ini nyata ketika banyak orang mengejar hal-hal yang
serba menguntungkan dirinya sendiri saja. Sikap berkorban makin buyar,
padahal pengorbanan merupakan sikap yang mutlak harus ada dalam
kehidupan bersama. Bahkan dalam mengalami akibat-akibat bencana alam
pun, sikap kebersamaan pun makin pudar pula.
Alam memang marah pada tindak-tanduk manusia yang
tidak memperhatikan kelangsungan ciptaan Tuhan. Kapasitas daya cipta
manusia digunakan untuk merusak karya Tuhan tersebut. Pem¬bangunan tanpa
mematuhi ketentuan yang bersahabat dengan lingkungan, seperti
pembabatan hutan yang meluas, pengelolaan daerah aliran sungai yang
tidak tepat, ketiadaan angkutan kota yang handal dan murah serta
terpercaya, perencanaan kota yang amburadul, sistem ekonomi dan
finansiil dalam globalisasi yang tanpa penyesuaian lokal, adalah
sebagian dari faktor yang tidak kondusif terhadap pembangunan lingkungan
hidup yang tepat.
Sejatinya, Paskah atau hari Kebangkitan Kristus Tahun
2012 ini, mencoba mengaliri kembali saluran nilai-nilai kemanusiaan,
membahas persoalan lingkungan hidup. Pada tingkat individu dan keluarga
banyak yang dapat dilakukan. Ungkapan menjalin sadar lingkungan sebagai
bagian dari iman sungguh tepat, yang berarti manusia memelihara ciptaan
Tuhan. Menanam pohon, gerakan ini tidak akan berhenti setelah
Paskah.Karena itu, setiap daerah berusaha terus menerus meningkatkan
kualitas lingkungan hidup daerahnya masing-masing. Masyarakat agar
meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan diawali dengan
kegiatan penamanan pohon dalam setiap kegiatan.
Kita berharap dalam merayakan Paskah dalam tahun ini
wujud lingkungan hidup yang semakin sehat untuk dihuni banyak orang.
Yesus yang bangkit telah mendorong para penginjil memberitakan "kabar
baik" ke seluruh dunia. Caranya terus membangun persaudaraan semesta dan
mau menyentuh nilai-nilai kemanusiaan ditengah kompleksitas persoalan
lokal, nasional dan global. Sebab, Paskah dalam semangat persaudaraan
yang berpengharapan mengajak umat Kristen dan gereja untuk melakukan
tindakan-tindakan praktis sosial kemanusiaan yang bersandar pada
nilai-nilai solidaritas yang diajarkan Yesus Kristus 2000 tahun lalu.
Hal ini dimaksudkan demi kebaikan lingkungan sehingga
anak anak cucu kelak dapat menikmati hasil-hasilnya, sehingga Paskah
tahun ini adalah merupakan momentum baru untuk memaknai hidup dan
kehidupan ini. Kita percaya dalam suasana kasih dan semakin baiknya
lingkungan hidup, kebaikan Tuhan semakin dialami oleh banyak orang. Mari
kita mensyukuri belaskasihan Tuhan dengan berusaha untuk membagikannya
kepada sesama kita, terutama mereka yang sangat membutuhkan.
Mengingat makin rusaknya kondisi lingkungan hidup, di
mana kualitas lingkungan hidup di Indonesia masih rendah, maka dalam
merayakan Paskah berarti menyambut Sang Fajar baru yang datang membawa
terang dunia, menerangi kegelapan yang diakibatkan perilaku buruk
manusia. Melalui Nabi Yesaya Tuhan bersabda, “Aku hendak membuat sesuatu
yang baru, yang sekarang sudah tumbuh … Umat yang telah Kubentuk
bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (Yes. 43:19-20).
Merayakan Paskah adalah untuk merebut momentum hati
dan jiwa yang bersih. Paskah berarti awal bagi kelahiran kembali manusia
dari situasi yang penuh dengan keculasan, keserakahan, dan penindasan.
Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa sebagai manusia Yesus mengalahkan
dosa dan mengatasi maut. Dengan Paskah kita merayakan perdamaian dan
kesucian akan bergema dalam nurani manusia. Bagi mereka yang dalam
perilaku kehidupannya penuh dengan tipu daya dan sering menggunakan
cara-cara kotor untuk menindas kaum kecil, mereka sulit merayakannya.
Sebab, nurani mereka telah tumpul dan jiwanya kotor.
Yesus yang bangkit memang menjadi sandungan bagi
mereka yang menolak Dia. Untuk meredam fakta historis para saksi mata
yang bersaksi tentang kebangkitan-Nya itu, Mahkamah Agama Yahudi
menebarkan berita dusta yang menyebut, bahwa mayat Yesus dicuri oleh
para murid-Nya (Matius 28:11-15).
Dengan begitu, tentu Tuhan dimuliakan. Di sini ada
tanggung jawab moral-spiritual ekstra bagi gereja sebagai umat atau
anak-anak Tuhan yang telah ditebus dari dosa dan telah diselamatkan
melalui Salib kebangkitan Yesus (Yohanes 20:1-10). Ini adalah tugas kesaksian; dan di sini mengandung ucapan syukur dan pujian kepada Tuhan.
Pengakuan dan kepercayaan Tuhan ini atas kebangkitan
atau Paskah tersebut tentunya adalah hal yang membanggakan gereja; bahwa
gereja dihargai Tuhan dan dapat berbuat sesuatu yang berguna bagi alam
ciptaan Tuhan. Gereja yang punya kepedulian yang luar biasa pada mereka
yang sedang menderita Allah kita selain kasih, Dia juga adil; jadi Dia
berkompeten untuk memberikan pengajaran bagi manusia. Paskah,
kebangkitan Kristus memberi pengharapan akan perubahan hidup. Dari
kegelapan yang menyelimuti bangsa inilah, kita diajak untuk merayakan
Paskah yang berarti lahir kembali. Apa yang harus dilahirkan kembali
oleh bangsa ini? Firman Tuhan berkata: Apa pun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia (Kolose 3:23).
Gema pesan firman Tuhan tersebut bergaung hingga masa
kini. Kita yang hidup pada masa kini diminta untuk melakukan segala
sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, kendati berkaitan
dengan kehidupan manusia. Untuk maksud tersebut, hendaknya kita
memanfaatkan segala potensi yang ada di dalam diri kita, karena jika
potensi itu tidak kita kembangkan, lambat laun akan mati.
Peringatan Paskah bukan sekadar ritual agama, tetapi
merupakan momentum bagi umat manusia untuk menyadari, betapa hidup ini
harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Bagi mereka yang
bersedia menerima-Nya sebagai Juru selamat dengan terlebih dahulu
menyesali dosa-dosanya, maka kebangkitan Tuhan Yesus menjadi jaminan
bagi mereka.
Akhirnya, Paskah dan lingkungan hidup, maka umat
Kristen dan gereja harus mampu mengabarkan rahasia Allah bahwa Yesus
Kristus menjadi Juruselamat dunia. Bukan waktunya lagi kita hanyut dalam
pemikiran tentang siapa yang berdosa. Sebaliknya, tataplah masa depan
dan tetap bekerja. Terlebih jika kita semua dalam kesatuan bangsa
Indonesia bersedia ikut menanggung beban bersama demi pemulihan semua
wilayah yang terkena bencana alam. Paskah mengajak kita untuk melahirkan
kembali peradaban yang sehat untuk menuju kelahiran yang sejati.
Kelahiran sejati adalah kelahiran menjadi manusia baru. Amin.Kayu yang Kasar
Bernoda darah langkah kaki-Nya
Berjalan mengarah ke salib
Menanggung derita
Korbankan nyawa-Nya...
Berjalan mengarah ke salib
Menanggung derita
Korbankan nyawa-Nya...
Karena penolakan manusia
Bapa berpaling dari-Nya
Dinobatkan sebagai Raja
Ditinggalkannya sendirian
Bapa berpaling dari-Nya
Dinobatkan sebagai Raja
Ditinggalkannya sendirian
Terputus dari Bapa
Terluka oleh manusia
Tubuh-Nya terbujur kaku
Tergantung di kayu yang kasar
Terluka oleh manusia
Tubuh-Nya terbujur kaku
Tergantung di kayu yang kasar
Tubuh kaku terbungkus kain linen
Dibungkus dengan penuh kasih;
Bergerak selama tiga hari,
Terbaring dimakamkan di sana.
Dibungkus dengan penuh kasih;
Bergerak selama tiga hari,
Terbaring dimakamkan di sana.
Dia BANGKIT dari kuburan-Nya
Yang dijaga dengan ketat
Sekarang ditaklukkan selamanya
Kematian tidak berkuasa mencengkeramnya ...
Yang dijaga dengan ketat
Sekarang ditaklukkan selamanya
Kematian tidak berkuasa mencengkeramnya ...
Kemuliaan mengalir dari Surga,
Menerangi dunia yang gelap
KAYU KASAR membuktikan Yesus hidup!
Paskah dimulai!
Menerangi dunia yang gelap
KAYU KASAR membuktikan Yesus hidup!
Paskah dimulai!
Efesus 2:4
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Artikel
Kubur Kosong
Saya rasa pasal ini merupakan pasal yang
paling penting dalam tulisan Paulus, terutama bagi orang-orang yang
telah kehilangan seseorang dalam hidup ini. Tidak lama setelah
orang-orang yang kita kasihi pergi, maka akan timbul pertanyaan,
"Akankah kita bertemu dengan mereka lagi?" Paulus menjawab pertanyaan
ini, dan memberikan suatu penghiburan yang dapat kita temukan dengan
sangat jelas yang tidak dinyatakan dalam ayat lain. Ketika kita
membaringkan orang-orang yang kita kasihi yang telah pergi, adalah suatu
penghiburan ketika kita mengetahui bahwa kita akan bertemu dengan
mereka lagi dalam waktu yang tidak lama.
Artikel Terkait
Apabila saya pergi ke suatu pemakaman, saya suka
memikirkan masa ketika orang yang meninggal akan bangkit dari kubur
mereka. Kita membaca bagian dari pasal ini dalam apa yang kita sebut
"kebaktian penguburan." Saya rasa itu merupakan suatu ungkapan yang
kurang tepat. Paulus tidak pernah berbicara mengenai "penguburan." Ia
berkata tubuh ditaburkan dalam kebinasaan, ditaburkan dalam kelemahan,
ditaburkan dalam kehinaan, ditaburkan dalam tubuh jasmani. Jika saya
mengubur satu keranjang gandum, saya tidak pernah berharap untuk
melihatnya lagi, tetapi jika saya menaburkannya, saya mengharapkan
hasil. Berterimakasihlah kepada Allah, teman-teman kita tidak
dikuburkan, mereka hanya ditaburkan! Saya menyukai nama Saxon untuk
pemakaman -- yaitu "tanah Allah".
Injil yang diberitakan oleh para rasul bersandar pada
empat penyangga. Yang pertama adalah kematian Kristus yang menebus
dosa, yang kedua adalah pemakaman dan kebangkitan-Nya, yang ketiga
adalah kenaikan-Nya, dan yang keempat adalah kedatangan-Nya kembali.
Keempat doktrin ini diberitakan oleh semua rasul, dan oleh keempat
doktrin tersebut, Injil harus bertahan atau gugur.
Dalam ayat pembukaan bab ini, kita memperoleh
pernyataan yang jelas dari Paulus, bahwa doktrin kebangkitan adalah
bagian dari Injil. Ia menyatakan arti Injil bahwa Kristus mati untuk
dosa-dosa kita, tetapi bukan hanya itu -- Ia dimakamkan dan bangkit lagi
pada hari ketiga. Kemudian ia mengumpulkan saksi-saksi untuk
membuktikan kebangkitan-Nya: "Ia menampakkan diri kepada Kefas (yaitu,
Simon Petrus), dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia
menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus;
kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di
antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada
Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari
semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak
yang lahir sebelum waktunya."
Itulah kesaksian yang cukup jelas dan cukup kuat
untuk memuaskan seorang penyelidik yang tulus. Tetapi orang Yunani tidak
memiliki kepercayaan pada kemungkinan kebangkitan, dan para petobat di
Korintus telah didewasakan dalam ketidakpercayaan itu. Oleh karena itu,
Paulus mengajukan pertanyaan berikut: "Jadi, bilamana kami beritakan,
bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada
di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang
mati?" Itu adalah salah satu pengajaran yang salah yang telah menjalar
ke dalam jemaat di Korintus, karena tidak ada orang Yahudi ortodoks yang
pernah berpikir untuk mempertanyakannya.
Menyangkali kebangkitan sama dengan mengatakan bahwa
kita tidak akan pernah melihat lagi orang-orang yang kita kasihi yang
tubuhnya telah kembali menjadi tanah. Jika Kristus tidak dibangkitkan,
maka kita sama seperti hewan. Betapa kejamnya memiliki orang yang
mengasihi Anda jika ini benar! Betapa menakutkannya, mereka harus
membiarkan sulur hati Anda berpilin, jika, ketika mereka dipisahkan oleh
kematian, itu adalah akhir segalanya. Saya lebih memilih membenci
daripada mengasihi jika saya memikirkan tidak akan ada kebangkitan,
karena dengan demikian saya tidak merasakan benturan ketika kehilangan
hal yang dibenci. Oh, jahatnya ketidakpercayaan! Ketidakpercayaan
merampas semua harapan kita yang paling besar. "Jikalau kita hanya dalam
hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah
orang-orang yang paling malang dari segala manusia."
Kekekalan
Umat manusia secara alamiah "merindukan yang tidak
terbatas". Di antara orang-orang yang paling primitif, para filsuf telah
mengamati apa yang disebut "minat terhadap hal yang tidak terbatas",
yang mengelabui pengajaran bahwa kematian mengakhiri segalanya. Kematian
merupakan salah satu perbedaan antara manusia dan hewan. Burung di
udara, hewan di padang, pada masa sekarang sama seperti ketika mereka di
Taman Eden. Mereka makan dan tidur dan melewati hidup mereka hari demi
hari dengan rutinitas yang tidak berubah. Keinginan mereka sama,
kebutuhan mereka sama. Namun manusia selalu berubah. Keinginannya selalu
bertambah. Pikirannya selalu merencanakan ke depan. Tidak lama setelah
ia mencapai satu tujuan, ia akan menuju tujuan berikutnya, dan bahkan
kematian sendiri tidak dapat menariknya. Seorang kafir yang terkenal
pernah berkata, "Musuh terakhir yang harus dihancurkan bukan kematian,
melainkan kepercayaan manusia pada kekekalannya."
Antisipasi atas kehidupan masa depan dapat
digambarkan seperti perasaan yang tumbuh pada burung menjelang musim
dingin, suatu perasaan yang mendorongnya untuk pergi ke daerah selatan
-- "suatu dorongan misterius dan tidak diketahui, tetapi tidak dapat
ditahan dan tidak salah": atau bagai kerinduan tanaman di daerah
selatan, yang diambil ke daerah beriklim utara dan ditanam di tanah
daerah utara. Mereka tumbuh di sana, tetapi selalu gagal berbunga. Semak
yang malang itu memimpikan bunga yang indah yang tidak pernah
dilihatnya, tetapi yang dengan samar-samar disadarinya bahwa
bagaimanapun ia harus menghasilkan. Tanaman itu merasakan bunga tetapi
ia tidak memiliki kekuatan untuk menghasilkannya dalam iklim yang
setengah beku dibanding iklim sebelah selatan. Begitulah pikiran masa
depan telah menghantui kita semua.
Para filsuf memiliki banyak fakta untuk membuktikan
jangkauan ke depan yang umum ini menuju kehidupan setelah kematian.
Diduga bahwa banyak ritual dan acara pemakaman, misalnya, disebabkan
karena itu. Jika tubuh sekali lagi akan ditempati oleh rohnya, maka
disarankan agar tubuh dilindungi terhadap bahaya. Akibatnya, kita
melihat kubur tertutup supaya musuh tidak menggali sisa yang ada dan
tidak menghormatinya. Livingstone menceritakan bagaimana seorang
pemimpin Bechuana dimakamkan dalam kandang ternak. Kemudian ternak
dibawa selama beberapa jam sampai semua jejak kubur lenyap. Tetapi tubuh
harus dilindungi bukan hanya dari penggunaan yang merusak, melainkan
juga, sedapat mungkin, dari pembusukan; dan proses pembalseman merupakan
suatu usaha keras untuk tujuan ini. Kadang-kadang, kebangkitan memang
tidak diinginkan, dan karena itu kita menemukan mayat dibuang ke dalam
air untuk menenggelamkan rohnya. Dikisahkan bahwa orang Mesir modern
membawa tubuh berputar-putar supaya roh menjadi pusing dan karena itu
tidak dapat menyusuri kembali langkahnya; sedangkan suku Aborigin
tertentu di Australia mengambil kuku dari tangan kalau-kalau mayat yang
hidup kembali akan menggaruk jalan keluar dari selnya yang sempit.
Ketika konsep kehidupan yang kedua sebagai kelanjutan
dari kehidupan yang sekarang dianut, kita menemukan kebiasaan
menguburkan benda-benda mati, seperti senjata dan peralatan. Orang yang
mati akan memerlukan segala sesuatu di seberang -- seperti yang ia
lakukan ketika masih hidup -- kematian. Bukan saja benda mati, melainkan
hewan dibunuh supaya arwahnya mengikuti arwah orang yang sudah
meninggal. Orang-orang Bedouin menyembelih untanya di dekat kubur teman
seperjuangannya yang sudah meninggal: yang sangat dibutuhkan dalam dunia
ini, itu juga akan sama dalam kehidupan berikutnya. Dari sini, satu
langkah memimpin pada persembahan korban manusia. Para isteri mengikuti
suami mereka; para budak dibunuh supaya mereka tetap melayani tuan
mereka. Dalam kata-kata yang diungkapkan Tennyson:
"Dalam penguburan orang barbar mereka membunuh para
budak dan membunuh isteri; terasa dalam diri mereka nafsu yang tidak
boleh diingkari dalam kehidupan kedua."
Ajaran Kebangkitan Dalam Perjanjian Lama
Kita hanya menangkap sekilas ajaran kebangkitan dalam
Perjanjian Lama, tetapi orang-orang kudus pada zaman itu jelas
memercayainya. Hampir dua ribu tahun sebelum Kristus, Abraham berlatih
pengorbanan-Nya di gunung Muria ketika ia menaati perintah Allah untuk
mengorbankan Ishak. Merujuk hal ini, Paulus menulis, "... karena ia
berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari
antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya
kembali." Lima ratus tahun kemudian kita mendapatkan Allah berkata
kepada hamba-Nya, Musa: "Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan."
Yesaya menulis -- "Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan
ALLAH akan menghapus air mata dari pada segala muka", dan sekali lagi --
"Orang-orang mati akan hidup, bersama dengan tubuhku yang mati mereka
akan bangkit. Bangun dan bernyanyilah, engkau yang berdiam dalam debu:
karena embunmu sama seperti embun daun-daunan, dan bumi akan membuang
orang mati." Uraian Yehezkiel yang jelas mengenai kebangkitan Israel
dari tulang-tulang yang kering, yang memberitahukan nubuatan pemulihan
Israel, merupakan bukti lain. Ketika Daud kehilangan anaknya, ia berkata
ia tidak dapat memanggilnya kembali, tetapi ia akan pergi dan bersama
anak itu. Di lain kesempatan ia menuliskan, "Tetapi aku, dalam kebenaran
akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas
dengan rupa-Mu."; dan -- "Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari
cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku."
Ayub bapa leluhur menghibur dirinya sendiri dengan
harapan mulia yang sama ketika ia berada dalam kesedihan yang mendalam.
Ia yang telah bertanya -- "Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup
bertahan? Dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar?" --
berkata, "Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit
di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku
pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat Ia memihak
kepadaku, mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain." Ayub
pasti memiliki keyakinan yang teguh bahwa tubuhnya akan dibangkitkan
kembali, nanti tetapi bukan di bumi, karena "bagi pohon masih ada
harapan," ia berkata lagi, "apabila ditebang, pohon itu akan bertunas
kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh. Apabila akarnya menjadi tua
di dalam tanah, dan tunggulnya mati di dalam debu, maka bersemilah ia,
setelah diciumnya air, dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai.
Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa,
di manakah ia? Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut
dan menjadi kering, demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit
lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak
bangun dari tidurnya."
Dalam Kitab Hosea Tuhan menyatakan, "Akan
Kubebaskankah mereka dari kuasa dunia orang mati, akan Kutebuskah mereka
dari pada maut? Di manakah penyakit samparmu, hai maut, di manakah
tenaga pembinasaanmu, hai dunia orang mati?"
Dalam Kitab Daniel pasal yang terakhir kita sekilas
melihat lagi kebenaran yang sama, "Dan orang-orang bijaksana akan
bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang
kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya."
Dan kitabnya ditutup dengan kata-kata berikut, "Tetapi engkau, pergilah
sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit
untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman."
Sebagai lambang, kebangkitan ditetapkan sebelumnya
dalam Perjanjian Lama. Melalui buah sulung yang diberikan sehari setelah
Perjamuan Paskah sebagai suatu permohonan dari seluruh panen, anak-anak
Israel diajarkan ciri-ciri Mesias yang harus menjadi "yang sulung dari
orang-orang yang telah meninggal." Beberapa orang telah mengatakan bahwa
tugas utama bangsa Israel di Kanaan adalah mempersiapkan ciri-ciri
kebangkitan Juru Selamat, dan tindakan religius pertama mereka adalah
berpegang pada ciri-ciri Juru Selamat yang dibangkitkan itu.
Dalam Perjanjian Baru
Tetapi apa yang dirujuk sebagai interval yang panjang
dalam Perjanjian Lama menjadi masalah kenyataan dan pengajaran yang
jelas dalam Perjanjian Baru. Kata "kebangkitan" tertulis empat puluh dua
kali dalam Perjanjian Baru. Selama pelayanan-Nya, Tuhan kita sering
merujuk pada kebangkitan umum dari orang-orang yang meninggal. Orang
Saduki pernah menemui-Nya dengan sebuah pertanyaan yang sulit mengenai
hubungan pernikahan dalam kehidupan nanti, dan Yesus berkata: "Tetapi
tentang kebangkitan orng-orang mati tidakkah kamu baca apa yang
difirmankan Allah, ketika Ia bersabda, Akulah Allah Abraham, Allah
Ishak, dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah
orang hidup." Pada kesempatan lain, Kristus mengatakan, "Apabila engkau
mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau
mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu
atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya
dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat
balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan,4 undanglah
orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh, dan
orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak
memunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat
balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." Ketika Lazarus
meninggal, Yesus mengucapkan kata-kata penghiburan kepada
saudara-saudara perempuannya, "Saudaramu akan bangkit." Marta menjawab,
"Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada akhir zaman." Yesus berkata
kepadanya, "Akulah kebangkitan dan hidup."
Perkataan Yang Sangat Baik
Kita akan melihat bahwa keyakinan pada kehidupan di
masa depan tidak didasarkan pada Kristus, dan tidak satu pun yang
memercayai bahwa kekekalan merupakan karunia-Nya. Kita mendapatkannya
dari Allah Sang Pencipta.
Meskipun gagasan tersebut sudah ada sebelum
kekristenan, gagasan itu hanya sebatas "perkiraan yang sangat baik".
Manusia secara alamiah tidak dapat melihat melampaui kubur yang paling
sempit dan melihat apa yang ada di seberang sana. Sekeras apa pun
usahanya untuk menggunakan matanya, ia tidak dapat mengintip tabir
kematian. Kematian selamanya berada di hadapannya, menghancurkan
harapannya, memeriksa rencananya, menggagalkan tujuannya, suatu
penghalang yang tidak dapat dipatahkan oleh apa pun. Sejak dosa memasuki
dunia, kematian telah memerintah, membuat bumi menjadi satu kubur yang
besar. Kematian tidak pernah beristirahat. Di setiap umur dan setiap
negeri, "Engkau berasal dari debu dan kembali kepada debu" merupakan
kalimat yang menyingkirkan manusia. Semua generasi manusia ketika mereka
melewati dunia harus mengikuti kematian mereka.
Banyak hal yang tidak terduga terjadi pada kita dalam
kehidupan ini, tetapi kematian bukan salah satu di antaranya. Kita
tidak mengetahui bagaimana atau kapan kematian akan datang, tetapi
seandainya Tuhan menundanya, kematian suatu saat pasti datang. Kita
telah mendengar dokter yang melakukan penyembuhan yang mengagumkan,
tetapi kemampuan dan pengetahuan mereka tidak mampu menghalangi
kematian. Sepanjang enam ribu tahun sejak kematian memasuki bumi yang
dikutuk dosa ini, peralatan manusia telah gagal memenangkan kembali
suatu tanda kemenangan dari kematian. Peradaban yang semakin berkembang,
pendidikan yang semakin meningkat, kemajuan dalam perdagangan dan
kesenian -- tidak ada satu hal di antaranya yang membuat kita lebih
unggul dari orang yang paling primitif dalam hal kematian. Kematian
selalu menang pada akhirnya. Aliran selalu dalam satu arah, ke depan,
dan tidak pernah ke belakang.
Dibawa Kepada Terang Oleh Kristus
Yang tidak diketahui oleh orang yang paling bijaksana
di bumi disingkapkan oleh Kristus. Ia tidak menciptakan kekekalan,
tetapi Ia "menghapus kematian, membawa kehidupan dan kekekalan ke dalam
terang melalui Injil." "Negeri yang tidak dijelajahi tersebut," yang
dibicarakan oleh penulis puisi, "yang dari negeri itu orang-orang yang
bepergian dan tidak pernah kembali," bukan negeri yang tidak terjelajahi
bagi orang percaya. Tuhan kita menjelajahinya. Ia memasuki daftar
menentang kematian dalam wilayah-Nya sendiri dan muncul lebih dari
sekadar Penakluk. Tongkat lambang kekuasaan kematian memang masih umum,
tetapi sudah dipatahkan, dan suatu hari akan dihancurkan menjadi debu.
Orang-orang Kristen tidak lagi berspekulasi mengenai masa depan:
kepastian diraih di sisi kubur kosong Kristus. "Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari
orang-orang yang telah meninggal." Kita dapat melihat bekas peninggalan
kembali-Nya.
Kemenangan
Oleh karena itu, kita dapat ikut dalam tujuan
berkemenangan, "Kematian ditenggelamkan oleh kemenangan." Sengat
kematian adalah dosa, dan Allah telah memberikan kita kemenangan melalui
Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka yang telah tertidur di dalam Kristus
tidak binasa, tetapi suatu hari kita akan melihat mereka muka dengan
muka.
Betapa Injil yang kita miliki adalah Injil mengenai
sukacita dan harapan, dibandingkan dengan yang dimiliki orang-orang yang
tidak percaya! "Orang kafir merasa sedih tanpa harapan," tulis Dr.
Bonar; "Bagi mereka kematian dengan sendirinya berkaitan dengan tidak
ada harapan, tidak ada kecemerlangan, tidak ada kemenangan. Kematian
bukan matahari terbenam bagi mereka, karena matahari yang terbenam
mengundang kita untuk menantikan matahari yang lain, yang sama terangnya
dengan yang sudah terbenam. Kematian bukan musim gugur atau musim
dingin, karena musim gugur dan musim dingin berbicara tentang kembalinya
musim semi dan musim panas. Kematian bukan benih yang dibuang ke dalam
tanah yang keras, karena melepaskan benih meramalkan pohon atau bunga di
masa depan, yang lebih indah daripada benih itu. Kematian merupakan
kegelapan yang sederhana dan murni, semua awan, bayangan, kesunyian.
Pilar hancur berserakan, sebuah kapal hancur berkeping-keping, kalah
dalam pertandingan, sebuah harpa yang terletak di tanah dengan dawai
yang dipatahkan dan kehilangan alunan musiknya, suatu kuncup bunga yang
diremukkan -- semua ini adalah ekspresi kesedihan atas dukacita mereka
yang tiada harapan. Pikiran bahwa kematian adalah gerbang kehidupan
datang bukan untuk menggembirakan orang yang ditinggalkan dan
mempercerah kubur. Kebenaran bahwa kubur adalah tanah dan mayat adalah
benih yang ditaburkan oleh tangan Allah sendiri untuk memanggil
kehidupan yang tersembunyi; bahwa pertandingan tidak dikalahkan, tetapi
hanya kemenangan yang sedikit dipercepat; bahwa pilar tidak dihancurkan
tetapi diubah menjadi bangunan lain dan kota lain untuk menjadi "sebuah
pilar dalam rumah Allah; bahwa kuncup bunga tidak diremukkan, tetapi
ditransplantasikan untuk perluasan pada sebidang tanah dan udara yang
lebih menyenangkan; bahwa harpa tidak dipatahkan, tetapi diserahkan
kepada penyanyi yang lebih andal yang akan menghasilkan semua jangkauan
kaya dari musiknya yang tersembunyi: hal-hal ini yang tidak memiliki
tempat dalam teologia mereka, apalagi dalam impian mereka."
Suatu Doktrin Yang Penting
Beberapa orang mengaku bahwa persoalan mengenai Juru
Selamat yang telah bangkit tidak penting. Dengarlah apa yang Paulus
katakan, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih daripada
itu, kami berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan,
bahwa Ia telah membangkitkan Kristus -- padahal Ia tidak
membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak
dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus
tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih
hidup dalam dosamu." Saya memberitahukan kepada Anda doktrin ini sangat
penting. Doktrin ini bukan hanya persoalan spekulatif yang kita hadapi:
doktrin ini merupakan kepentingan praktis yang paling besar. Kebangkitan
adalah unsur pokok dari busur di mana iman kita ditopang.
Jika Kristus tidak dibangkitkan, kita harus mencurigai semua kesaksian tersebut adalah dusta.
Jika Kristus tidak dibangkitkan, kita tidak memunyai
bukti bahwa penyaliban Kristus berbeda dari dua orang pencuri yang
menderita bersama Dia.
Jika Kristus tidak dibangkitkan, tidak mungkin
mengagumi dan menerima bahwa kematian-Nya menebus dosa. Beberapa orang
mengatakan bahwa kuasa kematian Kristus untuk menghapus dosa selalu
dikaitkan dalam Perjanjian Baru dengan kenyataan atas kebangkitan-Nya.
Jika Kristus tidak dibangkitkan, tidak mungkin
mengagumi perkataan dan karakter-Nya. Ia membuat kebangkitan sebagai
suatu pengujian kebenaran atas ke-Allahan-Nya. Orang Yahudi pernah
meminta suatu tanda, dan Ia menjawab, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam
tiga hari Aku akan mendirikannya kembali" -- yang dimaksud Bait Allah
adalah tubuh-Nya. Pada kesempatan lain, Ia memberi tanda Nabi Yunus,
"Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam,
demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari
tiga malam." Paulus mengatakan, "... oleh kebangkitan-Nya dari antara
orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa ...." "Seandainya
Ia bukan Allah," kata seseorang, "dosa-dosa kita masing-masing akan
merupakan batu kubur yang terlalu berat bagi Dia untuk dikeluarkan;
klaim atas keadilan Allah akan merupakan tali pengikat kematian yang
terlalu kuat bagi Dia untuk dipatahkan."
Bagaimana jadinya kekristenan tanpa kebangkitan?
Kekristenan akan turun sampai pada tingkat seperti sistem religius
lainnya di dunia. Jika Kristus tidak pernah bangkit dari antara
orang-orang mati, bagaimana perkataan-Nya berbeda dari perkataan Plato?
Orang-orang selain Kristus telah menjalani kehidupan yang indah dan
telah meninggalkan di belakang mereka semboyan yang indah untuk memimpin
para pengikut mereka. Jika Kristus tidak pernah bangkit, kita harus
mengelompokkan Kristus bersama orang-orang ini.
Bacaan diambil dari:
Judul buku | : | Karya-karya Klasik Terbaik D.L. Moody |
Judul artikel | : | Kubur Kosong |
Penyunting dan | : | James S. Bell, Jr. |
Penyusun | ||
Penerbit | : | Yayasan ANDI, Yogyakarta |
Halaman | : | 227-238 |
Paskah 2012 Jemaat GMIM Getsemani Teep
editing Aderesi David Lukow
foto bersama panitia paskah
Aderesi David Lukow
&
Defantri Lukow
Tenda Induk Bersama Panitia
panitia
Defantri dan teman teman
Bpk Pdt, Audi, W. Aderesi, L. Yanti, W. Gledis, L. Rinni, A,
Ibu Pdt. V. Ratu Lumowa Sth. Indri W, Sth.
Kintal Gereja Gmim Getsemani Teep.
Foto Bersama
Aderesi Lukow
Paskah 2012 Jemaat GMIM Getsemani Teep
editing Aderesi David Lukow
foto bersama panitia paskah
Aderesi David Lukow
&
Defantri Lukow
Tenda Induk Bersama Panitia
panitia
Defantri dan teman teman
Bpk Pdt, Audi, W. Aderesi, L. Yanti, W. Gledis, L. Rinni, A,
Ibu Pdt. V. Ratu Lumowa Sth. Indri W, Sth.
Kintal Gereja Gmim Getsemani Teep.
Foto Bersama
Aderesi Lukow
Paskah 2012 Jemaat GMIM Getsemani Teep
editing Aderesi David Lukow
foto bersama panitia paskah
Aderesi David Lukow
&
Defantri Lukow
Tenda Induk Bersama Panitia
panitia
Defantri dan teman teman
Bpk Pdt, Audi, W. Aderesi, L. Yanti, W. Gledis, L. Rinni, A,
Ibu Pdt. V. Ratu Lumowa Sth. Indri W, Sth.
Kintal Gereja Gmim Getsemani Teep.
Foto Bersama
Aderesi Lukow