Inspirasi Kristen
Segelas Susu
Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat. Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya. Akhirnya ia hanya meminta
segelas air putih untuk menawarkan dahaga. Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannyalah segelas besar susu untuk anak tersebut.
Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada Anda ?""Kamu tidak berhutang apapun kepada saya," jawabnya. "Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan."Anak itu menjawab, "Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam."
Saat Howard Kelly - anak kecil yang miskin itu - meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badannya lebih segar, tetapi keyakinannya pada Tuhan dan sesama manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.
Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari wanita muda tersebut mengalami sakit parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan spesialis. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi.
Ketika ia mendengar nama kota tempat asal si pasien, ia segera pergi ke kamar tempat dimana wanita tersebut dirawat. Ia langsung mengenali dan memutuskan untuk melakukan hal terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya.
Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini. Setelah melewati perjuangan panjang, peperanganpun dapat dimenangkan. Dr. Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani biaya yang harus dibayarkan oleh si wanita kepadanya. Ia melihat kepada kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu. Kuintansi tersebut lalu di kirim ke kamar perawatan si wanita.
Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu membayarnya. Akhirnya dengan menguatkan hati, ia melihat ke kuintansi tersebut. Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya.
Ia membaca tulisan itu : "TELAH DI BAYAR PENUH DENGAN SATU GELAS SUSU." Tertanda, Dr. Howard Kelly.
Air mata mengalir dari matanya saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan pujian :"Terima kasih Tuhan, kasihMu telah memancar melalui hati dan tangan manusia."
By : Aderesi David Lukow
Tiada yang Mustahil bagi Tuhan Aderesi Lukow |
Kadangkala Hidupmu Menangis
Jangan putus asa !! Bangkitlah !!
Matahari tanpa sinar tidak layak disebut matahari. Demikian juga dirimu, kau adalah matahari yang seharusnya memancarkan sinar, sekalipun mendung kelabu menutupi pandangan orang untuk melihat keindahan cahayamu.
AKU sering melihat melihatmu marah ketika kamu melihat orang lain berhasil. Untuk apa kamu menginginkan keberhasilan orang lain ?
Bukankah AKU sudah menyediakan suksesmu sendiri ? Kamu tidak pernah mengejarnya, jadi kamu tidak pernah bisa memilikinya.
Matamu tidak terfokus kepada rancangan-Ku yang dahsyat atas hidupmu, melainkan tertuju kepada karya-Ku yang luar biasa atas hidup orang lain.
Jadilah seperti air...selalu mengalir...melewati semua benda, menembus semua sisi dan tanpa batas.
Anak-Ku...jangan mau dikalahkan oleh keadaan...tetapi kalahkan keadaaan !!
Anak-Ku yang terkasih...jangan sakit hati ketika kau ditegur, padahal kau merasa sudah mengerjakan yang terbaik.
Sakit hati itu hanya akan membuat tidurmu tidak nyenyak dan perasaanmu tidak nyaman.
Buanglah itu dari hatimu dan pikiranmu !
Kuasailah dirimu sedemikian rupa hingga kamu bisa mengatasi perasaan diperlakukan tidak adil, dilecehkan, diremehkan ataupun dikhianati oleh sesamamu.
Bukankah untuk itu kau hidup? Untuk melihat kenyataan bahwa di dunia ini yang paling mengerti perasaanmu dan menerima dirimu apa adanya hanya AKU ?
Jauhilah segala bentuk kemarahan, tetapi jangan jauhi AKU.
Anak-Ku, ingatlah hal ini baik-baik.
AKU selalu mebuka tangan-Ku lebar-lebar untuk memberimu rasa aman, kapanpun kau membutuhkannya.
AKU senantiasa menyiapkan bahu untuk tempat kepalamu bersandar dan mencurahkan tangis.
AKU melakukannya karena AKU sungguh-sungguh peduli padamu !!
Ayah yang selalu mengasihimu,
YESUS
Add caption |
Sebelum Kamu Mengeluh
Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Sebelum Anda mengeluh tidak punya apa-apa,
Pikirkan tentang seseorang yang harus meminta-minta di jalanan.
Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.
Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri Anda,
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.
Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan.
Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.
Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti Anda.
Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.
Kita semua menjawab kepada Tuhan.
Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,
Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih diberi kehidupan.
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Sebelum Anda mengeluh tidak punya apa-apa,
Pikirkan tentang seseorang yang harus meminta-minta di jalanan.
Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.
Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri Anda,
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.
Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan.
Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.
Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti Anda.
Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.
Kita semua menjawab kepada Tuhan.
Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,
Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih diberi kehidupan.
Kisah Sebuah Kesetiaan
Matius 25:23
Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku
yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam
perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam
perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Cerita kesetiaan seekor anjing
pada tuannya seringkali menyentuh hati. Di Jepang ada legenda seekor
anjing yang setia menemani tuannya, Prof. Dr. Elisaburo Ueno, guru besar
di Universitas Tokyo. Awalnya, Hachiko, anjing itu diajak mengantar dan
menjemput tuannya di sebuah stasiun kereta api. Setiap hari, Hachiko
selalu menunggu dengan setia kedatangan profesor. Suatu saat, tahun
1925, sang profesor tidak muncul di stasiun kereta karena meninggal di
tempat mengajar. Namun Hachiko, dengan kesetiaan luar biasa tetap
menanti hingga tengah malam. Keesokannya, lusa, dan bahkan dikisahkan
seterusnya selama 10 tahun, ia terus menunggu. Suatu saat, Hachiko
tertabrak dan mati seketika. Kisah ini sangat mengharukan masyarakat
Jepang sehingga mereka mengabadikannya dengan mendirikan patung anjing.
Semangkuk Nasi Putih
Cerita ini berdasarkan kisah nyata
yang terjadi di negri Tiongkok. Pada sebuah senja dua puluh tahun yang
lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang
mahasiswa berjalan mondar mandir didepan sebuah rumah makan cepat saji
di kota metropolitan, menunggu sampai tamu direstoran sudah agak sepi,
dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk kedalam restoran
tersebut.
Kemudian
pemuda itu berkata: “Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih”; dengan
kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.
Sepasang suami istri muda
pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk
nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk
penuh nasi putih untuknya.
Ketika pemuda ini menerima nasi
putih dan sedang membayar lalu berkata dengan pelan: “dapatkah menyiram
sedikit kuah sayur diatas nasi saya.”
Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum:”Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !”
Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir:” kuah sayur gratis.”
Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.
” Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.”
Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.
“Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya !”
Mendengar perkataan pemuda ini,
pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin di
luar kota, demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk
sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.
Berpikir sampai disitu pemilik
rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur
disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas
terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda
ini.
Melihat perbuatannya, istrinya
mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak
mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan dibawah nasi?
Suaminya kemudian membisik kepadanya :”Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di nasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ketempat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah.”
“Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya.”
“Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?”
Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.
“Terima kasih, saya sudah selesai makan.”
“Terima kasih, saya sudah selesai makan.”
Pemuda ini pamit kepada mereka.
Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.
“Besok singgah lagi, engkau
harus tetap bersemangat !” katanya sambil melambaikan tangan, dalam
perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan
datang lagi.
Sepasang mata pemuda ini
berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah ke
rumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan
semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan
hari.
Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.
Pada suatu hari, ketika suami
ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat
bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata
pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan diluar negeri
yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan
menangis dengan panik.
Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid.
“Apa kabar? Saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan.”
“Apa kabar? Saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan.”
“Siapakah direktur diperusahaan
kamu ? Mengapa begitu baik terhadap kami? Saya tidak ingat mengenal
seorang yang begitu mulia !” sepasang suami istri ini berkata dengan
terheran.
“Kalian adalah penolong dan
kawan baik direktur kami, direktur kami paling suka makan telur dan
dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah
kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya.”
Akhirnya, pemuda yang hanya
memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama
20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan
sekarang menjadi seorang direktur yang sukses.
Dia merasa kesuksesan pada saat
ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak
membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan
menjadi sesukses sekarang.
Setelah berbincang-bincang,
suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri
dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata
kepada mereka:”bersemangat ya ! dikemudian hari perusahaan tergantung
kepada kalian, sampai bertemu besok !”
Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan.
Pengusaha & Malaikat
Seorang
pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7
malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam
mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha
yang terbaring tak berdaya.
Malaikat memulai pembicaraan,
“Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka
kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku
tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!
“Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . ” kata si pengusaha ini dengan yakinnya.
Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.
Tepat pukul 23:00, Malaikat
kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya,
“Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat
aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau
hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit.”
Dengan lembut si Malaikat
berkata, “Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa
buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara
waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat
ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu.”
Tampa menunggu reaksi dari si
pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang
yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari
sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang
berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.”
Kata Malaikat, “Aku akan
memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu
karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu.”
Kembali terlihat dimana si istri
sedang berdoa jam 2:00 subuh, ” Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya
suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah
mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya,
dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas
saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi
Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami,
mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan
mereka seorang diri.”
Dan setelah itu istrinya
berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di
pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.”
Melihat peristiwa itu, tanpa
terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan
bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang
menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa
besar cinta istri dan anak-anak padanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang
dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit
semakin menangislah si pengusaha ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi
waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang
berdoa 47 orang!
Dengan setengah bergumam dia
bertanya,”Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman
organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?”
Jawab si Malaikat, “Ada beberapa
yang berdoa buatmu. Tapi mereka tidak tulus. Bahkan ada yang
mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama
ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega
memecat karyawan yang tidak bersalah.”
Si pengusaha tertunduk lemah,
dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi
dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia
menjaganya sepanjang malam.
Air matanya tambah deras, ketika
melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri
yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.
Ketika waktu menunjukkan pukul
24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, “Anakku, Tuhan melihat air matamu
dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal,karena ada 47 orang yang
berdoa buatmu tepat jam 24:00.”
Dengan terheran-heran dan tidak
percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil
tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi
bulan lalu.
“Bukankah itu Panti Asuhan?” kata si pengusaha pelan.
“Benar anakku, kau pernah
memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu
tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk
menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.”
“Tadi pagi, salah seorang anak
panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena
stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan
yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah
menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat
kesembuhanmu.”
Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.
Ketika kita
mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan
saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat
kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang
yang mengasihi dia. Di saat kita berdoa bagi orang lain, kita akan
mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari
peristiwa yang terjadi.
Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain… Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.
Di suatu pulau yang terkenal keindahan
pantainya, diadakan kompetisi memancing. Hadiah uang yang
diperebutkan cukup menarik penduduk sekitar dan para wisatawan yang ada
di sana. Hadiah itu diperuntukkan bagi peserta yang dapat menangkap
ikan yang terbesar dan terbanyak sepanjang kompetisi itu berlangsung.
Adalah tiga pemuda yang bersahabat dan sedang berwisata di sana berminat mengikuti kompetisi. Segeralah mereka menyiapkan peralatan dan perbekalannya masing-masing.
Waktu berkompetisi tiba, ketiga pemuda itu memilih untuk berada dalam satu kapal karena persahabatan mereka. Pemuda pertama memilih berada di sisi kanan kapal, pemuda kedua di sisi kiri dan pemuda ketiga di buritan. Kapal dinakhodai oleh penduduk setempat yang mengetahui daerah-daerah yang banyak ikannya. Oleh nakhoda tersebut kapal diarahkan pada rute –rute yang menarik pemandangan alamnya.
Pemuda pertama begitu serius memancing hingga tak menyadari bahwa kapal baru saja melewati palung dan gunung laut yang indah, ikan-ikan terbang dan lumba-lumba yang berlompatan. Waktu terasa begitu lama sebelum strike pertama ia dapatkan. Strike berikutnya saling susul menyusul dan pada akhirnya banyak ikan yang ia dapatkan meski bukan yang terbesar.
Pemuda yang kedua sibuk mencari posisi duduk yang teraman karena tiap kapal terguncang oleh ombak yang besar maka airpun membasahi bajunya. Hingga di tengah perjalanan akhirnya iapun mendapatkan tempat teraman di belakang nakhoda namun umpan pancingnya hanya sekali disambar oleh ikan hingga waktu kompetisi berakhir.
Pemuda ketiga juga memasang pancingnya di buritan kapal. Namun saat kapal melewati palung dan gunung laut maka ia segera berfoto bersama beberapa kru kapal, begitu pula ketika lumba-lumba berlompatan di dekat kapal ia pun segera mendekati sisi kapal yang terdekat, hingga bajunya basah namun tidak ia hiraukan karena tenggelam dalam rasa kagum. Kadang umpan pancingnya disambar meski tak semua dapat diselesaikannya dengan baik. Pada akhir kompetisi ia mendapatkan beberapa ikan yang kemudian dibagi-bagikannya pada kru kapal seusai penimbangan.
Ketiga pemuda yang bersahabat akhirnya menyelesaikan kompetisi memancing. Pemuda pertama memenangkan kompetisi kategori pemancing yang mendapatkan ikan paling banyak dan merekapun kembali ke rumahnya masing-masing dengan membawa cerita dan kesan yang berbeda-beda.
*Hidup seperti ketiga pemancing itu, kadang kita memainkan hidup kita seperti pemancing pertama, kedua ataupun ketiga. Kitalah yang memilih hidup kita ingin seperti apa dan bagaimana. Namun apakah kita sudah bahagia? Bahagia seperti apa? Hanya hati dan kesadaran diri untuk memahami panggilanNya yang dapat menjawabnya.
Adalah tiga pemuda yang bersahabat dan sedang berwisata di sana berminat mengikuti kompetisi. Segeralah mereka menyiapkan peralatan dan perbekalannya masing-masing.
Waktu berkompetisi tiba, ketiga pemuda itu memilih untuk berada dalam satu kapal karena persahabatan mereka. Pemuda pertama memilih berada di sisi kanan kapal, pemuda kedua di sisi kiri dan pemuda ketiga di buritan. Kapal dinakhodai oleh penduduk setempat yang mengetahui daerah-daerah yang banyak ikannya. Oleh nakhoda tersebut kapal diarahkan pada rute –rute yang menarik pemandangan alamnya.
Pemuda pertama begitu serius memancing hingga tak menyadari bahwa kapal baru saja melewati palung dan gunung laut yang indah, ikan-ikan terbang dan lumba-lumba yang berlompatan. Waktu terasa begitu lama sebelum strike pertama ia dapatkan. Strike berikutnya saling susul menyusul dan pada akhirnya banyak ikan yang ia dapatkan meski bukan yang terbesar.
Pemuda yang kedua sibuk mencari posisi duduk yang teraman karena tiap kapal terguncang oleh ombak yang besar maka airpun membasahi bajunya. Hingga di tengah perjalanan akhirnya iapun mendapatkan tempat teraman di belakang nakhoda namun umpan pancingnya hanya sekali disambar oleh ikan hingga waktu kompetisi berakhir.
Pemuda ketiga juga memasang pancingnya di buritan kapal. Namun saat kapal melewati palung dan gunung laut maka ia segera berfoto bersama beberapa kru kapal, begitu pula ketika lumba-lumba berlompatan di dekat kapal ia pun segera mendekati sisi kapal yang terdekat, hingga bajunya basah namun tidak ia hiraukan karena tenggelam dalam rasa kagum. Kadang umpan pancingnya disambar meski tak semua dapat diselesaikannya dengan baik. Pada akhir kompetisi ia mendapatkan beberapa ikan yang kemudian dibagi-bagikannya pada kru kapal seusai penimbangan.
Ketiga pemuda yang bersahabat akhirnya menyelesaikan kompetisi memancing. Pemuda pertama memenangkan kompetisi kategori pemancing yang mendapatkan ikan paling banyak dan merekapun kembali ke rumahnya masing-masing dengan membawa cerita dan kesan yang berbeda-beda.
*Hidup seperti ketiga pemancing itu, kadang kita memainkan hidup kita seperti pemancing pertama, kedua ataupun ketiga. Kitalah yang memilih hidup kita ingin seperti apa dan bagaimana. Namun apakah kita sudah bahagia? Bahagia seperti apa? Hanya hati dan kesadaran diri untuk memahami panggilanNya yang dapat menjawabnya.
Aku dan Tuhan berdiri mengamati pertandingan baseball. Tim Tuhan melawan tim iblis. Score
sangat ketat 0-0 dan ini adalah putaran terakhir. Kami memperhatikan
seorang pemukul bernama Kasih masuk ke lapangan. Kasih mulai memukul
dan berhasil mencetak score single karena Kasih tak pernah gagal.
Pemukul selanjutnya bernama Iman, yang juga berhasil mencetak score karena Iman selalu bersama-sama dengan Kasih.
Lalu
masuk seorang pemukul bernama Bijak. Iblis melakukan lemparan pertama
dan Bijak hanya membiarkannya. Tiga kali lemparan dan Bijak hanya
melangkah pergi karena Bijak tidak pernah mengambil apapun yang Iblis
lemparkan.
Lalu Tuhan melihat ke
arahku dan berkata bahwa Ia akan mengeluarkan pemain andalanNya. Lalu
datanglah Karunia. Aku berkata: sepertinya ia tidak terlalu hebat…
Tim
Iblis sangat santai begitu mereka melihat Karunia. Berpikir bahwa
mereka hampir memenangkan pertandingan, Iblis pun melempar bola dgn
sekuat tenaga.
Dan sangat mengejutkan semua orang, Karunia memukul bola kencang sekali melebihi pemain-pemain sebelumnya.
Tapi
Iblis tidak khawatir..pemain tengah mereka jarang gagal menangkap
bola. Iblis berlari mengejar bola, tapi bola malah lepas dari tangan,
menghantam kepalanya dan iblis pun jatuh tersungkur ke tanah.
Karunia bersama Kasih, Iman dan Bijak terus berlari sampai home run. Tim Tuhan menang!!
Lalu Tuhan bertanya kepadaku mengapa Kasih, Iman dan Bijak tidak bisa home run tanpa Karunia? Aku menjawab tidak tahu.
Tuhan menjelaskan: “Kalau
kasihmu, imanmu dan kebijaksanaanmu yang memenangkan pertandingan,
engkau akan berpikir bahwa engkaulah yang melakukan semuanya. Kasih,
Iman dan Kebijaksanaan akan mengantarmu mencapai semua hal-hal yg baik,
tapi hanyalah KaruniaKu sajalah yg akan membawamu ke dalam kemenangan,
sampai di rumah Bapa dengan selamat. KaruniaKu adalah satu-satunya yang
tidak dapat dicuri Iblis."
Busuknya Kebencian
Ibu Guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang.
Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa … tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.
Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.
Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama orang yang dibenci.
Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.
Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.
Ibu Guru: “Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu?”
Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke manapun mereka pergi.
Guru pun menjelaskan apa arti dari “permainan” yang mereka lakukan. Ibu Guru: “Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.
Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi.
Itu hanya 1 minggu. Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup? Alangkah tidak nyamannya..
Pesan & Peringatan Tuhan Di Akhir Zaman
Ada seorang anak kecil kelas 4 SD yang selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun.
Ia tinggal di suatu desa Milaor, Camarines Sur,di Negara Filipina.
Setiap hari untuk sampai ke sekolahnya ia harus berjalan kaki melintasi
daerah yang tanahnya berbatu dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya
dimana banyak kendaraan yang melaju kencang. Setiap kali berhasil
menyeberangi jalan raya tersebut, Andoy selalu mampir sebentar ke Gereja
untuk berdoa. Tindakannya ini diamati oleh Pdt. Agaton. Karena merasa
terharu dengan sikap Andoy yang lugu dan beriman tersebut. Suatu hari
ketika Andoy hendak masuk ke Gereja Pdt. Agaton menyapanya.
Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."
Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya bersama Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy.
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya
Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini sepatuku yang terakhir..mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa..yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.
TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku ya..??? memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukulku.
Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?
Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. tapi ini kejutan dan Aku harap Engkau menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang"
Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.
Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku menyeberang jalan!
Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun.
Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.
Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.
Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang berada di gereja tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.
Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...'
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"
Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh Pdt.Agaton.
Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ."
Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya keluar. Andoy sedih, bigung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.
Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi di dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk ... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang terjadi? ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak dan tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah tak bernyawa.
Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.
Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;
Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"
Dengan hati yang berduka ia segera berdiri dan berkata : "Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."
Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...
Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt. Agaton bertemu dengan orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya: "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Pdt. Agaton bertanya lagi: "Apa katanya ?"
"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan mencium keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu" Jawab ayah Andoy.
Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya ?"
Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali hari ini saat puteraku meninggal¡¨
Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes dipipinya, dengan lutut gemetar Pdt. Agaton berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa.. kecuali dengan Tuhan Yesus."
Tahukah anda dimana Andoy berada sekarang? Ya ia berada di sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian juga ... berada di sorga nanti ? Ya kita semua menginginkannya.
Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus datang menjemputnya ke sorga.
Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."
Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya bersama Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy.
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya
Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini sepatuku yang terakhir..mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa..yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.
TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku ya..??? memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukulku.
Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?
Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. tapi ini kejutan dan Aku harap Engkau menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang"
Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.
Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku menyeberang jalan!
Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun.
Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.
Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.
Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang berada di gereja tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.
Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...'
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"
Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh Pdt.Agaton.
Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ."
Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya keluar. Andoy sedih, bigung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.
Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi di dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk ... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang terjadi? ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak dan tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah tak bernyawa.
Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.
Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;
Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"
Dengan hati yang berduka ia segera berdiri dan berkata : "Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."
Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...
Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt. Agaton bertemu dengan orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya: "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Pdt. Agaton bertanya lagi: "Apa katanya ?"
"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan mencium keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu" Jawab ayah Andoy.
Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya ?"
Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali hari ini saat puteraku meninggal¡¨
Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes dipipinya, dengan lutut gemetar Pdt. Agaton berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa.. kecuali dengan Tuhan Yesus."
Tahukah anda dimana Andoy berada sekarang? Ya ia berada di sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian juga ... berada di sorga nanti ? Ya kita semua menginginkannya.
Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus datang menjemputnya ke sorga.
Selalu Ada Harapan
Suatu hari seorang ayah menyuruh anak-anaknya ke hutan melihat sebuah pohon pir di waktu yang berbeda.
Anak pertama disuruhnya pergi pada musim DINGIN,
anak ke 2 pada musim SEMI,
anak ke 3 pada musim PANAS,
dan yang ke 4 pada musim GUGUR.
Anak 1: pohon pir itu tampak sangat jelek dan batangnya bengkok.
Anak 2: pohon itu dipenuhi kuncup-kuncup hijau yang menjanjikan.
Anak 3: pohon itu dipenuhi dengan bunga-bunga yg menebarkan bau yang harum.
Anak 4: ia tidak setuju dengan saudaranya, ia berkata bhw pohon itu penuh dengan buah yang matang dan ranum.
Kemudian sang ayah berkata bahwa kalian semua benar, hanya saja kalian melihat di waktu yang berbeda.
Ayahnya berpesan: “Mulai sekarang jangan pernah menilai kehidupan hanya berdasarkan satu masa yang sulit.”
Ketika
kamu sedang mengalami masa-masa sulit, segalanya terlihat tidak
menjanjikan, banyak kegagalan dan kekecewaan, jangan cepat menyalahkan
diri dan orang lain bahkan berkata bahwa kamu tidak mampu, bodoh dan
bernasib sial…
Ingatlah, kamu berharga di mata TUHAN, tdk ada istilah “nasib sial” bagi orang percaya!
Kerjakan yang menjadi bagianmu dan percayalah TUHAN akan mengerjakan bagian-Nya…
Jika
kamu tidak bersabar ketika berada di musim dingin, maka kamu akan
kehilangan musim semi dan musim panas yang menjanjikan harapan, dan kamu
tidak akan menuai hasil di musim gugur.
“Kegelapan malam tidak seterusnya bertahan, esok akan datang fajar yang mengusir kegelapan.”.
Bersama Tuhan selalu ada pengharapan yang baru
Cinta Tulus Seorang Anak Kecil
sinode gmim datang di minahasa by david |
Suatu
pagi yang sunyi, di suatu desa kecil di Korea, ada sebuah bangunan kayu
mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim
piatu dimana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam
perang.
Tiba-tiba kesunyian pagi itu
dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh diatas rumah yatim piatu itu.
Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental keseluruh
ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang
gadis kecil terluka dibagian kaki oleh kepingan tersebut, dan kakinya
hampir putus. Ia terbaring diatas puing-puing ketika ditemukan.
Pertolongan pertama segera dilakukan kepada anak-anak yatim piatu itu
dan seseorang segera dikirim ke rumah sakit terdekat untuk meminta
pertolongan.
Ketika para dokter dan perawat
tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter
melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling
dibutuhkan oleh gadis kecil itu secepatnya adalah darah. Ia segera
melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada anak yang memiliki
golongan darah yang sama.
Perawat yang bisa berbicara
bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah
yang sama dengan gadis kecil itu. Beberapa menit kemudian, setelah
terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter
berbicara kepada kelompok anak-anak itu dan perawat menerjemahkan,
“Apakah ada diantara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk
gadis kecil ini?”
Anak-anak itu tampak ketakutan,
tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon,
“Tolong, apakah ada diantara kalian yang bersedia memberikan darahnya
untuk teman kalian? Karena jika tidak Ia akan meninggal!”
Akhirnya ada seorang bocah
laki-laki di belakan mengangkat tangannya dan perawat segera
membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.
Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah.
“Tenang saja, “ kata perawat itu. “Tidak akan sakit kok.”
Lalu dokter mulai memasukkan jarum, ia mulai menangis.
“Apakah sakit?” tanya dokter itu.
Tetapi bocah itu malah menangis
lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini!” kata dokter itu didalam
hati dan mencoba meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya,
tetapi tidak ada gunanya.
Setelah beberapa lama, proses
transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya
kepada bocah itu. “Apakah sakit?”
Bocah itu menjawab, “Tidak, tidak sakit.”
Lalu kenapa kamu menangis?” tanya dokter itu.
“Karena aku sangat takut untuk meninggal ,” kawab bocah itu.
Dokter itu tercengang, “Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?”
Dengan air mata dipipinya, bocah itu menjawab, “Karena aku kira untuk menyelamatkan dia, aku harus menyerahkan seluruh darahku…”
Dokter itu tidak bisa berkata
apa-apa, kemudian dia bertanya lagi, “Lalu jika kamu pikir kamu akan
meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?”
Sambil terisak ia berkata. “Karena dia adalah sahabatku, dan aku mengasihinya….”
Anak itu tahu bahwa karena kasihnya ia harus berkorban, namun ia tetap rela mati demi menyelamatkan seorang sahabatnya.
Orang Miskin yang Kaya (Bai Fang Li)
Namanya
BAI FANG LI. Pekerjaannya adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya
dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk
memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana
saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.
Tubuhnya tidaklah perkasa.
Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau
orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa
untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk
bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang di jalanan, di atas becaknya untuk
mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya
setelah jam delapan malam.
Para pelanggannya sangat
menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah
lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus
membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang
menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat
bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang
ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat
bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.
Bai Fang Li tinggal disebuah
gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh,
bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung
lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara
harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah
tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia
biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.
Gubuk itu hanya merupakan satu
ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, di ruang
itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, di ruang itu juga ada
sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan
sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring
seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia
makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng. Di pojok ruangan tergantung
sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk
menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.
Bai Fang Li tinggal sendirian di
gubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang
tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak
pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya
yang murah hati dan suka menolong. Tangannya sangat ringan menolong
orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita
tanpa mengharapkan pujian atau balasan.
Dari penghasilan yang
diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu
untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan
membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang
hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena
telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil
penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang
biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin
di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui
sekolah yang ada.
Hatinya sangat tersentuh ketika
suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang
pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6
tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang
ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong
beban berat di pundaknya, namun terus dengan semangat melakukan
tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar di mukanya,
ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu,
dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia
mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.
Beberapa kali ia perhatikan anak
lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah
uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ke tempat sampah,
mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang
kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu ke mulutnya,
menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.
Hati Bai Fang Li tercekat
melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan
anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk
dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis
bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.
“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya….,” jawab anak itu.
“Orang tuamu dimana…?” tanya Bai Fang Li.
“Saya tidak tahu…., ayah ibu
saya pemulung…. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung,
mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan
untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil…,” sahut anak itu.
Bai Fang Li minta anak itu
mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati
Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak
perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu
nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang
camping.
Bai Fang Li tidak menyalahkan
kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan
keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka
juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk
mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka
saja mereka kesulitan.
Bai Fang Li kemudian membawa ke
tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di
Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia
setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu
anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang
layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.
Sejak saat itulah Bai Fang Li
menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai
jam 8 malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh
uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan membeli dua
potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan
sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan
yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa sangat bahagia sekali
melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya.
Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian
rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan
sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang
berbeda warna. Mhmm… tapi masih cukup bagus… gumamnya senang.
Bai Fang Li mengayuh becak
tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih
berganti, di tengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau
dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.
“Tidak apa-apa saya menderita,
yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak
dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini…,” katanya
bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar
untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.
Hari demi hari, bulan demi bulan
dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot
becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan
yatim piatu di Tianjin itu. Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan
tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang
disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke
sekolah Yao Hua.
Bai Fang Li berkata “Saya sudah
tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini
mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan….,” katanya dengan
sendu.
Semua guru di sekolah itu menangis….
Bai Fang Li wafat pada usia 93
tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah
menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1300,
setara 455 juta rupiah, jika tidak salah) yang dia berikan kepada
Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang
lebih 300 anak-anak miskin.
Foto terakhir yang orang punya
mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan ”Sebuah
Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa”.
Injil masuk ke minahasa |
Mengejar Bayangan
Seorang
anak kecil bercucuran keringat. Ia telah berusaha cukup lama berlari
dan terus berlari. Ia ingin mengalahkan sesuatu di depannya, ia ingin
melampaui bayangannya sendiri. Namun semakin ia kejar, semakin yang
dikejar itu menjauh mendahuluinya. Tak peduli berapa jauh ia mengejar,
berapa cepat ia berlari, bayangannya selalu tetap saja berada di
depannya, pada hal ia kini sudah kehabisan tenaga.
Akhirnya orangtuanya tahu juga
apa yang sedang diperbuat anaknya. Sang ibu dengan penuh kasih
memberikan sebuah nasihat yang amat sederhana; 'Anakku sayang! Hanya ada
satu tindakan sederhana yang perlu engkau perbuat untuk mengalahkan
bayanganmu, yakni berjalan menghadap matahari. Karena dengan itu
bayanganmu pasti akan berada di belakangmu. Hanya dengan itu engkau
menjadi pemenangnya'.
Anda mungkin pernah atau sedang berusaha sekuat tenaga untuk melampaui suatu 'bayangan'
tertentu. Mungkin anda berhadapan dengan problema pekerjaan, studi,
atau masalah perkawinan dan kehidupan rumah tangga. Bila saat itu
datang, mari kita berdiri menghadap Sang Matahari abadi yang memancar
dalam setiap hati. Yesus, adalah Matahari sejati kita. Seperti janji matahari untuk terbit menyinari kita...seperti itulah janji Tuhan.
Segala
rintangan tak akan menghadap kita, tetapi kita akan melaluinya dan kita
akan melewatinya ketika kita berjalan menuju kepadaNya
Perubahan Itu Dari Dalam
Seorang
Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia
memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di
luar istana kakinya terluka karena terantuk batu.
Inji masuk di minahasa |
Ia berpikir, "Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya."
Maharaja lalu memanggil seluruh
menteri istana, Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di
negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri
istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari
seluruh negeri.
Di tengah-tengah kesibukan yang
luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap Maharaja. Ia berkata
pada Maharaja, "Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian
banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal
sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk
melapisi telapak kaki Paduka saja."
Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut "sandal".
Ada
pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi
tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara
pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, dan bukan dengan jalan
mengubah dunia itu. Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan
dunia. Dunia, dalam pikiran kita, kadang hanyalah suatu bentuk personal.
Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah
kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat di sana, sebab seringkali
dalam pandangan kita dunia adalah bayangan diri kita sendiri.
Ya,
memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu.
Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani
berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau melapisi hati kita
dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?
Tuhan Pernah Berbisik
Aku mempertemukanmu dengan teman-teman yang sama denganmu, sehingga kalian dapat saling mengisi, berbagi dan bertumbuh bersama.
Jika kamu memancing ikan, ketika ikan itu terikat di mata kail, hendaklah angkat dan jagalah ia dengan baik. Janganlah sesekali kamu lepaskan ia begitu saja.... Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu.
Begitulah juga dalam kehidupan. Janganlah kamu banyak memberi banyak pengharapan kepada seseorang, bila memang rasa itu tak pernah ada..
Ketika kamu menyukai seseorang dan ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu bisa menjaga hatinya. Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja. Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat... ..
Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh, tapi cukupkan sebatas apa yang kamu perlukan. Karena bila sekali ia retak, akan sukar bagimu untuk menjadikannya kembali seperti semula. Akhirnya kamu akan kecewa dan ia akan dibuang.
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya. Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa. Anggaplah ia manusia biasa. Sehingga apabila sekali ia melakukan kesilapan maka akan lebih mudah bagi kamu untuk menerima ketidaksempurnaannya dan memaafkannya. Berbagilah kasih, berusahalah saling menerima dan peliharalah sifat mudah memaafkan, dengan demikian persahabatan menjadi lebih indah.
Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi yang pasti baik, putih dan sehat untuk dirimu, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba mencari makanan yang lain ?
Begitu juga ketika kamu bertemu dengan seorang yang membawa kebaikan kepada dirimu, menyayangimu, mengasihimu dengan tulus dan sepenuh hati, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba membandingkannya dengan yang lain?
Ingatlah, jangan pernah mengejar kesempurnaan, karena kelak, kamu akan kehilangan yang terbaik yang sudah kau raih dan kamu akan menyesal.
Ya Tuhan, terima kasih bisikan indahmu. Aku mohon ya Tuhan, ketika aku menyukai seorang teman, tolong ingatkanlah aku bahwa di dunia ini tak akan pernah ada sesuatu yang abadi. Pada masanya, segala sesuatu itu pasti akan berakhir. Sehingga ketika seseorang meninggalkanku, aku akan tetap kuat dan tegar karena aku bersama Yang Tak Pernah Berakhir, yaitu cinta mu ya Tuhan...
Orang bijak berucap : "Mencintai seseorang adalah keharusan, Dicintai seseorang adalah kebahagiaan, Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya."
Jangan Hanya Melihat Dengan Mata
Malam berikutnya, kedua malaikat tersebut menginap di sebuah keluarga petani yang miskin, tetapi sangat ramah. Setelah berbagi makanan yang serba sedikit, pasangan petani tersebut mempersilahkan kedua malaikat tersebut tidur di tempat tidur mereka, sedangkan mereka sendiri tidur di lantai.
Ketika matahari muncul di ufuk timur keesokan paginya, mereka menemukan pasangan petani tersebut sedang menangis sedih. Ternyata, sapi yang merupakan satu-satunya sumber penghidupan mereka, yang memberikan susu setiap pagi, tergeletak mati di pinggir ladang mereka. Malaikat muda menjadi marah dan mencaci maki malaikat tua, katanya, "Mengapa engkau tega melakukan semua ini kepada mereka? Mengapa engkau membiarkan semua ini terjadi? Kemarin kita mendapat kesempatan untuk menginap di rumah seorang kaya raya. Kita dibiarkan tidur di gudang yang kotor dan dingin, tetapi kamu masih membantu mereka dengan memperbaiki dindingnya yang bolong. Malam ini kita menginap di rumah seorang petani miskin yang begitu ramah dan mau berbagi, tetapi apa yang kamu lakukan? Kamu biarkan sapi yang merupakan satu-satunya sumber hidup, mati. Maumu apa, sih?"
Malaikat tua menjawab singkat: "Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya."
Ketika malaikat muda mendesak untuk menjelaskan, malaikat tua berkata, "Waktu kita menginap di tempat orang kaya kemarin, aku melihat sebuah lubang di dinding. Di dalamnya ada kepingan emas. Tetapi karena orang kaya tersebut sangat tamak, tidak mau berbagi, dan tidak bisa ramah kepada orang lain, maka dinding tersebut kututup. Biar mereka tidak tahu dan tidak dapat mengambil emas tersebut. Lalu malam ini, ketika kita tidur di ranjang Pak Tani, dan mereka mengalah tidur di lantai, malaikat maut datang hendak mengambil isteri petani itu. Tetapi aku belokkan dan sebagai gantinya, malaikat maut itu mengambil sapi Pak Tani."
-------------
Tidak semua hal itu seperti bagaimana tampaknya. Terkadang kejadian di sekitar kita juga begitu. Jika kamu memiliki iman, kamu harus percaya bahwa semua hal merupakan keberuntunganmu, meskipun mungkin kita tidak menyadarinya.
Orang yang datang dan pergi begitu saja dalam kehidupan kita, ada yang menjadi teman, dan ada pula yang tinggal hanya sekejap, tetapi meninggalkan kenangan manis dalam kehidupan dan hati kita. Dan kita tidak pernah menjadi sama, karena kita telah berteman dengan banyak orang.
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.
Hati Sebagai Hamba
Seekor harimau yang nyasar disuatu
perusahaan, karena ketakutan akan ditemukan, sang harimau bersembunyi di
toilet perusahaan. Berhari-hari ia cukup aman bersembunyi didalam
toilet. Tak seorang pun memperhatikan toilet tersebut, karena jarang
dipakai. Itu adalah toilet eksekutif. Namun setelah beberapa hari
bersembunyi, sang harimau mulai kelaparan. Akhirnya ia memutuskan untuk
menyantap apapun yang ditemukannya.
Pagi itu, Kepala HRD perusahaan
masuk ke toilet. Betul-betul santapan yang lezat bagi sang harimau.
Maka, setelah melihat situasi cukup aman, akhirnya harimau tersebut
langsung menerkam Kepala HRD perusahaan itu. Berhari-hari setelah Kepala
HRD hilang, ternyata perusahaan aman terkendali dan tidak terjadi
masalah apapun. Dan sang harimau lapar lagi. Kali ini ia menunggu korban
kedua. Ternyata, korban kedua tersebut adalah Presiden
Direktur(Presdir) perusahaan itu yang banyak mengurusi urusan-urusan
utama dalam perusahaan & urusan penting lainnya. Ketika ia sedang
menikmati aktivitas alaminya, ia pun diterkam oleh harimau itu. Setelah
kejadian itu, perusahaan tetap tenang, bahkan sampai berhari-hari
setelah peristiwa itu, tak ada yang geger dan merasa kehilangan dengan
lenyapnya Kepala HRD maupun Presiden Direktur.
Lantas, untuk ketiga kalinya
setelah beberapa hari lewat, sang harimau pun lapar lagi. Pagi itu yang
masuk adalah sang office boy. Hari itu, sang office boy membersihkan
toilet eksekutif tersebut. Setelah melihat situasi aman, sang harimau
menerkamnya. Selang beberapa jam kemudian, perusahaan tersebut menjadi
geger, orang-orang mulai mencari sang office boy yang hilang, karena
mereka membutuhkannya untuk fotokopi, mengantarkan dokumen, melayani
tamu, dan urusan-urusan lainnya, hal itu membuat mereka sibuk mencari
sang office boy.
Keamanan pun dikerahkan untuk
mencari sang office boy. Semua orang sibuk mencari sampai ke pelosok
kantor. Justru karena sang harimau telah memakan sang office boy
perusahaan menjadi geger dan harimau itu ditemukan di toilet eksekutif.
Tentu saja ini semua hanya cerita kiasan(ilustrasi/ perumpamaan), tetapi mempunyai makna yang sangat berharga.
"Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu dan
barang siapa yang ingin menjadi terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hamba atas semuanya."
(Markus 10:43-44)
Banyak
orang yang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar (pemimpin) dalam
suatu jabatan. Tidaklah salah untuk menjadi yang terbesar (pemimpin),
tetapi Yesus menegaskan kepada kita dalam (Markus 10:43-44), jika kita
ingin menjadi yang terbesar (pemimpin), hendaklah kita menjadi pelayan
atas sesama (saling melayani) dengan penuh kerendahan hati & menjadi
hamba untuk semua. Karena kedudukan & kemuliaan seorang pemimpin
tidak terletak pada kekuasaan, melainkan pada pemberian dirinya yang
tulus sebagai hamba atau pelayan bagi sesamanya. Dan kemuliaan seorang
pemimpin tidak diukur dari banyaknya uang, jabatan; kuasa, melainkan
dari kerelaannya untuk melayani; menyelamatkan banyak orang.
Sahabatku,
jika kita ingin menjadi yang terkemuka atau terbesar diantara kita,
maka hendaklah kita dengan rendah hati, mau menjadi Pelayan yang
melayani sesama dan menjadi hamba bagi semua untuk melayani mereka untuk
kemuliaan nama Tuhan.
Tidak Ada Yang Kebetulan
Di
salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang
disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya.
Karena segala permohonan pasti bisa dikabulkan-Nya,
maka orang berbondong-bondong datang secara khusus kesana untuk berdoa,
berlutut dan menyembah, hampir dapat dikatakan halaman gereja penuh
sesak seperti pasar.
Di dalam
gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat Yesus yang setiap hari
berada di atas kayu salib, harus menghadapi begitu banyak permintaan
orang, ia pun merasa iba dan di dalam hati
ia berharap bisa ikut memikul beban penderitaan Yesus Kristus. Pada
suatu hari, sang penjaga pintu pun berdoa menyatakan harapannya itu
kepada Yesus.
Di luar dugaan, ia mendengar sebuah
suara yang mengatakan, “Baiklah! Aku akan turun menggantikan kamu
sebagai penjaga pintu, dan kamu yang naik diatas salib itu, namun apapun
yang kau dengar, janganlah mengucapkan sepatah kata pun.” Si penjaga
pintu merasa permintaan itu sangat mudah.
Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik
ke atas, menjulurkan sepasang lengannya seperti Yesus yang dipaku diatas
kayu salib. Karena itu orang-orang yang datang bersujud, tidak menaruh
curiga sedikit pun. Si penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian
sebelumnya, yaitu diam saja tidak boleh berbicara sambil mendengarkan
isi hati orang-orang yang datang.
Orang yang datang tiada habisnya,
permintaan mereka pun ada yang rasional dan ada juga yang tidak
rasional, banyak sekali permintaan yang aneh-aneh. Namun demikian, si
penjaga pintu itu tetap bertahan untuk tidak bicara, karena harus
menepati janji sebelumnya.
Pada suatu hari datanglah seorang
saudagar kaya, setelah saudagar itu selesai berdoa, ternyata kantung
uangnya tertinggal. Ia melihatnya dan ingin sekali memanggil saudagar
itu kembali, namun terpaksa menahan diri untuk tidak berbicara.
Selanjutnya datanglah seorang miskin yang sudah 3 hari tidak makan, ia
berdoa kepada Yesus agar dapat menolongnya melewati kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan
kantung uang yang ditinggalkan oleh saudagar tadi dan begitu dibuka,
ternyata isinya uang dalam jumlah besar. Orang miskin itu pun kegirangan
bukan main, “Yesus benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!”
dengan amat bersyukur ia lalu pergi.
Diatas kayu salib, “Yesus” ingin sekali
memberitahunya, bahwa itu bukan miliknya. Namun karena sudah ada
perjanjian, maka ia tetap menahan diri untuk tidak berbicara.
Berikutnya, datanglah seorang pemuda yang akan berlayar ke tempat yang
jauh. Ia datang memohon agar Yesus memberkati keselamatannya. Saat
hendak meninggalkan
gereja, saudagar kaya itu menerjang masuk dan langsung mencengkram
kerah baju si pemuda, dan memaksa si pemuda itu mengembalikan uangnya.
Si pemuda itu tidak mengerti keadaan yang sebenarnya, lalu keduanya
saling bertengkar.
Di saat demikian, tiba-tiba dari atas
kayu salib “Yesus” akhirnya angkat bicara. Setelah semua masalahnya
jelas, saudagar kaya itu pun kemudian pergi mencari orang miskin itu dan si pemuda yang akan berlayar pun bergegas pergi, karena khawatir akan ketinggalan kapal.
Yesus yang asli kemudian muncul,
menunjuk ke arah kayu salib itu sambil berkata, “TURUNLAH KAMU! Kamu
tidak layak berada disana.” Penjaga itu berkata, “Aku telah mengatakan
yang sebenarnya dan menjernihkan persoalan serta memberikan keadilan,
apakah salahku?”
“Apa yang kamu tahu?”, kata Yesus.
“Saudagar kaya itu sama sekali tidak
kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud untuk
dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang itu dapat
memecahkan masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling kasihan
adalah pemuda itu. Jika saudagar itu terus bertengkar dengan si pemuda
sampai ia ketinggalan kapal, maka si pemuda itu mungkin tidak akan
kehilangan nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya sedang
tenggelam di tengah laut.”
———————————————————————————————————
Ini kedengarannya seperti sebuah anekdot yang menggelikan, namun dibalik itu terkandung sebuah rahasia kehidupan…Kita
seringkali menganggap apa yang kita lakukan adalah yang paling baik,
namun kenyataannya kadang justru bertentangan. Itu terjadi karena kita
tidak mengetahui hubungan sebab-akibat dalam kehidupan ini.
Kita harus percaya bahwa semua yang kita
alami saat ini, baik itu keberuntungan maupun kemalangan, semuanya
merupakan hasil pengaturan yang terbaik dari Tuhan buat kita, dengan
begitu kita baru bisa bersyukur dalam keberuntungan dan kemalangan dan tetap bersuka cita.
Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Kebahagiaan Adalah Pilihan
Seorang
lelaki berumur 92 tahun yang mempunyai selera tinggi, percaya diri, dan
bangga akan dirinya sendiri, yang selalu berpakaian rapi setiap hari
sejak jam 8 pagi, dengan rambutnya yang teratur rapi meskipun dia buta,
masuk ke panti jompo hari ini.
Istrinya yang berumur 70 tahun baru-baru ini meninggal, sehingga dia harus masuk ke panti jompo. Setelah menunggu dengan sabar selama beberapa jam di lobi, dia tersenyum manis ketika diberi tahu bahwa kamarnya telah siap.
Ketika dia berjalan mengikuti penunjuk
jalan ke elevator, aku menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil,
termasuk gorden yang ada di jendela kamarnya. “Saya menyukainya”,
katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang
baru saja mendapatkan seekor anjing. “Pak, Anda belum melihat kamarnya,
tahan dulu perkataan tersebut.”
“Hal itu tidak ada hubungannya”, dia menjawab. “Kebahagiaan
adalah sesuatu yang kamu putuskan di awal. Apakah aku akan menyukai
kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diatur
tapi bagaimana aku mengatur pikiranku. Aku sudah memutuskan menyukainya.
Itu adalah keputusan yang kubuat setiap pagi ketika aku bangun tidur. Aku punya sebuah pilihan; aku bisa menghabiskan waktu
di tempat tidur menceritakan kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku
karena ada bagian tubuhnya yang tidak bisa berfungsi lagi, atau turun
dari tempat tidur dan berterima kasih atas bagian-bagian yang masih berfungsi.”
Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia :
1. Bebaskan hatimu dari rasa benci.
2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran.
3. Hiduplah dengan sederhana.
4. Berikan lebih banyak.
5. Jangan terlalu banyak mengharap.